Kota Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah, telah lama menghadapi tantangan banjir yang mengancam kesejahteraan warganya. Sebagai respons, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berkomitmen untuk memperkuat upaya pengendalian banjir di Semarang sebagai langkah strategis menuju kota berkelanjutan pada tahun 2025. Berbagai inovasi dan kolaborasi dengan pakar serta akademisi terus digalakkan untuk mencapai tujuan ini.
Banjir merupakan salah satu permasalahan klasik yang kerap melanda Kota Semarang. Letak geografis yang rendah, tingginya intensitas hujan, dan kondisi drainase yang kurang memadai menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Namun, dalam rangka mewujudkan visi Semarang Emas 2025 sebagai kota yang maju, mandiri, dan berbudaya, Pemerintah Kota Semarang (Pemkot) telah menetapkan pengendalian banjir sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan kota yang berkelanjutan.

Pemkot Semarang Mantapkan Pengendalian Banjir sebagai Pilar Menuju Kota Berkelanjutan 2025
Dengan visi menjadikan Semarang sebagai kota yang tangguh terhadap bencana, Pemkot Semarang mengimplementasikan berbagai program pengendalian banjir. Langkah-langkah ini tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan pemanfaatan teknologi canggih. Berikut adalah beberapa upaya yang telah dan akan dilakukan oleh Pemkot Semarang dalam pengendalian banjir:
Kolaborasi dengan Pakar dan Akademisi
Pemkot Semarang menyadari pentingnya melibatkan berbagai pihak dalam upaya pengendalian banjir. Salah satu bentuk kolaborasi yang dilakukan adalah bekerja sama dengan Universitas Semarang (USM) dalam penerapan Pipa Resapan Horizontal (PRH). Inovasi ini dikembangkan oleh ahli hidrologi USM, Edy Susilo, sebagai solusi untuk mengatasi limpasan air hujan di perkotaan yang padat penduduk dan minim lahan terbuka.
PRH memiliki kemampuan meresapkan air hujan hingga 20-30 kali lebih efektif dibandingkan sumur resapan konvensional. Pada tahun 2023, sebanyak 106 unit PRH telah dipasang di berbagai titik di Kota Semarang, seperti Kelurahan Gajahmungkur dan Mugassari. Rencananya, pada tahun 2024, pemasangan PRH akan ditambah sebanyak 55 unit untuk memperluas area resapan air dan mengurangi risiko banjir.

Penerapan Teknologi Pendeteksi Banjir dan Longsor
Selain PRH, Pemkot Semarang juga mengadopsi teknologi canggih untuk deteksi dini bencana. Bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), alat pendeteksi banjir dan longsor seperti Modifikasi Alat Takar Hujan Sementara dipasang di 20 titik, termasuk beberapa sekolah dasar. Alat ini berfungsi untuk mengukur curah hujan secara akurat, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan memungkinkan tindakan preventif sebelum bencana terjadi.
Optimalisasi Infrastruktur Drainase
Pemkot Semarang terus melakukan perbaikan dan optimalisasi infrastruktur drainase kota. Pembersihan saluran air, pembangunan kolam retensi, dan peningkatan kapasitas pompa air dilakukan secara berkala untuk memastikan aliran air hujan dapat terkelola dengan baik. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, secara rutin memantau kondisi saluran dan pompa air untuk memastikan fungsionalitasnya dalam menghadapi musim hujan.
Partisipasi Aktif Masyarakat
Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadi kunci sukses pengendalian banjir. Pemkot Semarang menggalakkan edukasi kepada warga untuk tidak membuang sampah sembarangan dan pentingnya menyediakan area resapan air di lingkungan tempat tinggal. Program-program sosialisasi dan pelibatan komunitas lokal diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan banjir.
Integrasi dengan Konsep Smart City
Dalam upaya menuju kota berkelanjutan, Pemkot Semarang mengintegrasikan program pengendalian banjir dengan konsep smart city. Penggunaan teknologi informasi untuk pemantauan kondisi cuaca, sistem peringatan dini, dan manajemen bencana dilakukan untuk meningkatkan responsivitas dan efisiensi penanganan banjir.
Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan
Pemkot Semarang berkomitmen untuk terus mengevaluasi efektivitas program pengendalian yang telah dilaksanakan. Data dan masukan dari berbagai pihak digunakan sebagai dasar pengembangan strategi yang lebih baik di masa depan. Dengan pendekatan yang adaptif dan inovatif, diharapkan Kota Semarang dapat mencapai status kota berkelanjutan pada tahun 2025.
Secara keseluruhan, upaya Pengendalian Banjir Semarang menunjukkan komitmen kuat dalam mewujudkan kota yang aman dan nyaman bagi warganya. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, penerapan teknologi canggih, dan partisipasi aktif masyarakat, Kota Semarang berada di jalur yang tepat menuju kota berkelanjutan pada tahun 2025.